Perjalanan di Desa Ciburial (Cerita Pendek)
Perjalanan di Desa Ciburial: Menemukan Identitas Baru sebuah Cerita Pendek (Cerpen) Karya Ayi Sumarna.
- Desa Ciburial Domisiliku
Ciburial. Itulah nama desa yang menjadi tempat tinggalku saat ini. Sebelumnya aku menetap selama 25 tahun di sebuah kota besar di Pulau Jawa. Sebagai tempat kepindahanku dan tempat tinggal baruku, Desa Ciburial tentu membuatku penasaran. Begitu banyak orang menyebutnya dan cerita tentang Ciburial selalu terdengar sensasional. Aku tentu harus mengenalnya lebih dalam.
Desa Ciburial berada di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Jarak tempuh sekitar 20 menit dari Gedung Sate Kota Bandung. Desa Ciburial terletak di ujung utara Kabupaten Bandung dan sebagian wilayahnya berbatasan langsung dengan Kotamadya Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Jadi, menurutku Desa Ciburial ini lokasinya cukup strategis karena berada di daerah perbatasan antara 2 kabupaten/kota, yaitu Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
Akses menuju Desa Ciburial juga sangat mudah dengan berbagi pilihan kendaraan, baik kendaraan roda empat, maupun kendaraan roda dua karena akses jalannya sudah cukup baik. Bahkan untuk kendaraan besar, seperti bus pun bisa masuk ke Desa Ciburial ini. Dengan akses yang mudah ini, maka tidak salah kalau desa ini merupakan salah satu desa wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar pulau Jawa.
Lantas, apa yang begitu menarik dari Ciburial?
- Pak RT yang Ramah
Sebelum mengeksplorasi lebih jauh tentang desa ini, sebagai warga baru, aku terlebih dahulu mesti memproses dokumen-dokumen kepindahan dulu. Selain itu, dalam rangka permisi ke aparatur setempat. Baiklah, aku akan mulai dengan menemui dan berkenalan terlebih dahulu dengan pengurus RT di sini, lalu dilanjutkan ke Kantor Desa.
Hari ini begitu cerah, dan ternyata hawa udara di desa ini sejuk dan nyaman sekali. Berbeda dengan di tempat tinggalku sebelumnya yang panas. Sepertinya aku akan betah menetap di desa ini. Hari ini aku bermaksud mengurus surat-surat administrasi kepindahanku. Sesuai informasi dari tetangga, rumah Pak RT tidak begitu jauh dengan rumahku ini. Dua atau tiga rumah jaraknya dari rumahku.
Aku sepakat dengan rencana hari ini. Ke rumah pak RT lalu ke Kantor Desa, sambil tentu saja mengeksplorasi Desa Ciburial ini. Sebelum berangkat, aku benahi dulu beberapa perabot dan perlengkapan hiking yang belum sempat aku bereskan. Perabot hiking tertata rapi. Aku siapkan berkas-berkas terkait administrasi kepindahan domisiliku yang akan aku urus. Tidak lupa, beberapa perabot yang biasa aku bawa, aku siapkan juga. Kamera, dan tentu saja ransel berisi berkas, dan perabot lainnya.
Di teras rumah ketika aku hendak mengenakan sepatu, tiba-tiba ada suara seorang pria yang mengucapkan salam. Aku pun menoleh ke sumber suara. Sepatu pun batal menclok di dampal kakiku.
“Assalamualaikum …”, suara seorang pria yang tampak berwibawa. Pria itu menghampiriku.
“Waalaikumsalam,” jawabku, sambil menatap ramah pria yang menghampiriku.
“Punten, ini teh cep Enda ya, warga baru di sini, yang berasal dari kota itu ya?” tanya pria itu sambil mengulurkan kedua tangannya untuk bersalaman denganku.
“Iya pak, sumuhun, Ini, maaf sama bapak siapa ya?” Jawabku, dilanjutkan dengan menanyakan siapa bapak-bapak yang menghampiriku.
“Saya, pak RT di sini, cep. Kebetulan, saya habis dari melihat kebun, dan lewat ke sini, melihat cep Enda. Selain itu, mau menyampaikan formulir ini, formulir pendaftaran pelanggan air bersih Bumdes. Eh, sedang siap-siap hendak berangkat kemana nih, sudah keren begini?”
“Hehe, … wah, kebetulan sekali pak, saya rencananya mau ke rumah bapak ini, mau mengambil formulir itu, sekaligus melengkapi berkas untuk mengurus surat-surat administrasi pindah domisili pak, untuk di bawa lebih lanjut ke kantor desa.”
“Oh gitu ya, ayo atuh kalau mau ke rumah bapak mah, mau sekarang?” Jawab pak RT, sambil masih berdiri di teras rumahku.
“Nggak sekarang juga sih pak, waktu saya luang kok pak, jadi santai saja. Waduh, saya sampai lupa, silakan pak duduk dulu pak,” jawabku yang merasa bersalah karena tidak mempersilakan Pak RT untuk duduk, padahal pak RT merupakan tamu di rumahku.
“Oh gitu, siap lah, kalau luang alias santai mah,” kata pak RT sambil duduk di kursi yang ada di sampingku.
Aku dan pak RT pun berkenalan lalu berbincang ringan. Terutama aku. Aku memperkenalkan diri ke pak RT. Sekaligus memperkenalkan diri sebagai penduduk barunya pak RT. Sebagai penduduk baru, aku memperkenalkan diri. Dilanjutkan dengan menjelaskan maksud dan tujuanku hendak menemui pak RT.
“Iya itu berkas-berkasnya sudah lengkap cep. Cep Enda tinggal menyampaikan saja berkas tersebut ke Kantor Desa. Sambil sekalian, formulir pendaftaran air bersih yang sudah diisi, segera juga sampaikan ke Bumdes. Takutnya keburu habis. Untuk surat domisili, nanti akan dibuatkan Surat Keterangan dari Kepala Desa,” jelas pak RT, memberikan informasi dan arahan terkait proses pendaftaran pelanggan air bersih dan pengurusan administrasi domisiliku yang sedang aku urus.
“Iya pak, terima kasih nih, atas penerimaan dan pengakuan terhadap saya sebagai warga baru di wilayah yang bapak urus ini.“ Aku pun melanjutkan dengan nada berkelakar, untuk sedikit menggoda pak RT, yang baik hati dan ramah ini, “Dengan begini, bisa dikatakan bahwa saya sudah resmi tercatat di dalam buku kependudukan yang pak RT kelola ya?”
“Hahaha,, iya cep Enda, dengan ini saya nyatakan bahwa cep Enda sudah resmi menjadi warga tetap di wilayah ini,” jawab pak RT menimpali kelakarku dengan tak kalah seru.
Pak RT nya sangat ramah sehingga aku pun tidak segan berbincang dan banyak bertanya ke pak RT terkait dengan Desa Ciburial.
“Pak, kalau di Desa Ciburial ini ada berapa RT dan RW ya dalam satu desanya?” Tanyaku ke pak RT.
“Di sini ada 51 unit RT dan 12 unit RW, dengan 4 Dusun, cep,” jawab pak RT dengan mantap.
Aku mengangguk-angguk mendengar penjelasan pak RT. Aku lanjutkan dengan bertanya lebih lanjut kepada pak RT, “Desa Ciburial ini perbukitan ya pak dan cukup berada di ketinggian ya, dan untuk luas wilayah Ciburial itu kira-kira berapa hektar pak?”
“Desa Ciburial ini memiliki luas wilayah ± 600 hektar dengan elevasi sangat tinggi dan topografi yang berbukit dan lembah curam. Hal tersebut menjadikan kawasan Desa Ciburial memiliki pemandangan yang sangat indah terutama ke arah selatan yaitu ke Kota Bandung.”
Setelah puas ngobrol ngaler ngidul dengan pak RT yang ramah dan baik hati, aku pun berpamitan. Sesuai petunjuk dan arahan dari pak RT, hari ini aku akan menuju ke kantor Desa Ciburial untuk mengurus surat-surat administrasi domisiliku ke desa ini.
Aku dan pak RT mengakhiri pembicaraan. Saat itu Pak RT berpamitan karena harus meninjau pelaksanaan kegiatan Posyandu yang rutin dilaksanakan di wilayah ini setiap bulannya.
- Telur untuk Ketahanan Pangan Desa
Aku memulai perjalananku menuju ke Kantor Desa Ciburial. Sesuai rencanaku hari ini, selain tujuan utama ke Kantor Desa, aku pun bermaksud menghabisi hari ini dengan menjelajahi desa ini. Tentu saja, untuk menjawab pertanyaanku, “Lantas, apa yang begitu menarik dari Ciburial?”
Wah keren nih, ada usaha produksi telur ayam juga di sini. Makanan berbasis telur ayam adalah salah satu makanan favoritku. Di depan bangunan ada seorang pria. Aku pun menyapanya. “Punten pak.”
“Mangga”, jawab pria itu.
“Pak ini apa ya, bolehkah saya melihat-lihat pak?”
“Ini produksi telur ayam kang, boleh mangga kalau mau melihat-lihat,” jawab pria itu mempersilahkanku untuk melihat-lihat kandang ayam petelurnya.
“Usaha produksi telur ayam ini bagaimana maksudnya pak?” Tanyaku penasaran.
“Ya, maksudnya ayam yang menelurkan telur, hehe ..” jawab pria itu, terkesan sekenanya mungkin maksudnya bercanda, karena memang pertanyaanku yang memang agak-agak konyol juga..
“Yah, bapak malah bercanda, maksud saya, ini teh usaha gitu pak, bagaimana prosesnya, dan ini tuh usaha perorangan atau apa?” Tanyaku lebih lanjut, mempertegas, dan merevisi pertanyaan sebelumnya.
“Hehe,, Jadi begini, kita ini yang mengurus usaha ini, Namanya ‘Bumdes Mitra Sejahtera’, dan ini adalah salah satu unit usaha yang dikelola oleh bumdes tersebut, yaitu usaha ayam petelur. Jadi yang kita produksi itu telur ayam. Sederhananya kita mengurus/merawat ayam-ayam petelor ini. Misalnya memberinya makan, menjaga kesehatannya, dan perawatan lainnya. Jadi ayam ini bertugas untuk menghasilkan telur, itu saja peran si ayam di sini.”
“Oh ,begitu ya pak. Lalu telur-telur yang diproduksi di sini itu dijual gitu ya pak.?”
“Iya, model bisnisnya begitu.”
“Eh, mohon maaf pak, kelupaan, saya belum memperkenalkan diri. Nama saya Enda pak, warga baru di desa ini,” kataku sambil mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri.
“Eh iya, ya, saya Riko, salam kenal ya,” jawab pria itu yang ternyata namanya pak Riko.
“Oh iya, pak Riko, bisa dijelaskan lebih lanjut pak, terkait usaha ayam petelur ini?”
“Jadi usaha produksi telur ini merupakan salah satu program yang ada di Desa Ciburial, yaitu untuk menunjang ketahanan pangan, dalam hal ini produksi telur ayam, “ jelas pak Riko.
Aku pun lanjut bertanya, “Sudah berapa lama pak, usaha ini berjalan?”
Pak Riko menjawab, “Saat ini kita baru berjalan kurang lebih 6 bulan. Dan ini masih dalam proses pengembangan lebih lanjut,” sambil tanganya membenahi posisi tempat minum ayam yang kurang pas.
“Oh iya, bapak di sini sebagai pengelola usaha ini ya?”
“Bisa dikatakan begitu, tapi secara teknisnya ada petugas khusus untuk menangani pengelolaan usaha ini, karena ini merupakan salah satu unit usaha bumdes. Saya kebetulan sedang melakukan kontrol rutin saja di sini.”
“ I see, I see”, baik pak terima kasih nih atas waktu dan perbincangannya.
“Iya, sama-sama, ini akang teh mau berangkat kemana nih, sudah keren begini?”
“Saya ini mau ke balai desa pak, tapi nggak tergesa kok pak, jadi sambil jalan-jalan mengenal desa ini, sekalian.”
“Oh begitu, iya atuh, mangga.”
“Baik pak, saya mau melanjutkan perjalan lagi pak. Terima kasih ya pak.” Aku pun berpamitan dengan pak Riko, untuk melanjutkan perjalananku ke Balai Desa.
- Wajib Belajar 12 tahun
Aku melangkahkan kaki dengan gesit, mengikuti jalanan yang terbentang di sepanjang punggungan bukit yang menjulang hendak menggapai langit. Di kejauhan, terlihat sebuah komplek sekolah dasar yang dikelilingi tembok setinggi satu setengah meter. Pintu gerbangnya terbuka lebar, mempersilakan pengunjung untuk masuk. Tatapanku menyapu setiap sudut komplek sekolahan tersebut dengan penuh rasa penasaran.
“Punten kang, aya anu tiasa dibantos?” Sapa seorang pria yang sedang membersihkan halaman sekolah.
“Oh, nggak pak. Saya kebetulan hanya melintas, mampir sebentar untuk melihat-lihat.” Jawabku dengan berupaya ramah.
Pria tersebut lantas mengajakku masuk ke dalam komplek sekolah dan menunjukkan fasilitas-fasilitas yang ada, mulai dari perpustakaan, lapangan olahraga, hingga laboratorium komputer.
Aku menatap sekeliling, memperhatikan keadaan sekolah yang cukup baik. “Sungguh menyenangkan melihat prasarana pendidikan di desa ini semakin baik. Semua anak-anak pasti bisa mendapatkan pendidikan yang layak.”
“Betul sekali, kang. Kami di sini terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan prasarana yang ada. Semoga dengan begitu, anak-anak kami bisa bersaing dengan anak-anak dari kota.” Jawab pria tersebut.
Aku mengangguk mengerti, “Saya harap usaha ini bisa terus berlanjut dan menghasilkan generasi muda yang cerdas dan kompetitif. Terima kasih atas penjelasannya.” Kataku sambil melambaikan tangan, pergi untuk melanjutkan perjalanan.
- Pangan Sehat Ada Di Desa
Aku melangkah perlahan menyusuri jalan ke arah Balai Desa, sambil menikmati udara segar dan indahnya pemandangan desa. Namun, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah belakangku. Ternyata, sebuah kendaraan petani Ciburial sedang melintas dan mengangkut sayuran. Aku berhenti sejenak, dan memperhatikan kendaraan yang dipenuhi hasil panen tersebut.
“Hey kang, bade ka handap, bade ngiring?” Tanya petani di dalam kendaraan.
“Sumuhun pak,” jawabku, sambil mengangguk antusias, dan aku pun naik ke kendaraan tersebut. Saat melintasi area pertanian dan di sepanjang jalan, aku pun mulai mengobrol dengan petani tentang pertanian di desa ini. Aku terkejut mendengar bahwa mereka memiliki lahan pertanian seluas itu dan mampu memproduksi berbagai macam sayuran. Kentang, kol, bawang merah, tomat, cabe merah, dan seterusnya. Bahkan ada beberapa dari mereka juga yang memiliki peternakan, seperti sapi, ayam, dan domba.
“Bagaimana cara mengelola pertanian dan peternakan di sini pak?” tanyaku penasaran.
“Kami berkolaborasi dengan berbagai pihak, kami juga berkelompok melalui kelompok tani dan gabungan kelompok tani, termasuk dengan Bumdes untuk membangun usaha pertanian dan peternakan ini. Kami juga mengikuti berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas pertanian dan peternakan kami,” jawab salah satu petani dengan antusias.
Aku terkesima mendengar semangat dan dedikasi para petani Ciburial dalam mengembangkan usaha pertanian dan peternakan mereka. Dan setelah melewati beberapa tikungan, aku turun dari kendaraan petani tersebut dan melanjutkan perjalananku ke Balai Desa dengan rasa kagum yang mendalam.
- Seni Budaya Desa
Baru beberapa langkah turun dari kendaraan petani, ketika aku melihat seorang remaja sedang berlatih tari jaipongan bersama dengan seorang pembimbingnya. Aku pun memutuskan untuk mendekati mereka. “Permisi, boleh saya untuk mengambil beberapa foto?” tanyaku pada pelatih tari.
“Boleh, boleh saja,” jawabnya ramah. Aku pun mengambil beberapa foto penari yang sedang berlatih.
Setelah selesai mengambil foto, aku berbincang dengan pelatih tari tersebut. “Seni budaya apa saja yang ada di desa ini?” Tanyaku penasaran.
“Karena mayoritas penduduk di desa ini adalah suku Sunda, maka seni budaya Sunda yang paling dominan di desa ini. Ada seni tari jaipong, pencak silat, calung, dan masih banyak lagi,” jawab pelatih tari tersebut.
“Oh, itu menarik sekali. Apakah ada pertunjukan seni budaya yang diadakan di desa ini?” Tanyaku lagi.
“Ya, tentu saja. Setiap tahun, kami selalu mengadakan acara seni budaya di desa ini. Biasanya diadakan di lapangan desa pada saat peringatan Hari Kemerdekaan atau saat Festival Ciburial,” jawabnya.
Aku merasa sangat tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang seni budaya di Desa Ciburial. “Terima kasih banyak informasinya,” kataku pada pelatih tari tersebut sebelum melanjutkan perjalanan ke Balai Desa.
- Desa Wisata
Perjalanan ke Balai Desa Ciburial, mengantar langkahku melintasi Tebing Keraton. Pemandangan yang menakjubkan terhampar di hadapanku. Menatap lekukannya yang menakjubkan, aku merenungi keajaiban alam yang tak terbatas. Keindahannya membuatku terpana dan kagum pada sang pencipta. Oh, betapa tak terbayangkan kebesaran Tuhan yang menghampar pesona di hadapanku. Serta, mengingatkan aku untuk selalu bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan.
- Prasarana Keagamaan
Pada saat adzan Dzuhur berkumandang, aku terpesona oleh kemegahan masjid Agung Assalam yang berdiri kokoh di tengah-tengah Desa Ciburial. Seakan-akan masjid itu memanggilku untuk datang dan menenangkan hati yang resah. Aku pun melangkah menuju pintu masjid dan memasuki ruang sholat. Semilir angin menyambutku dengan lembut, membawa suara ayat-ayat suci Al-Quran yang diresapi oleh jamaah yang khusyu’ beribadah. Aku pun merasakan kedamaian dan ketenangan hati yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Setelah sholat, aku bertemu dengan pengurus masjid yang ramah dan berbincang tentang prasarana keagamaan yang ada di desa ini.
Aku terharu dan bangga melihat semangat keagamaan yang begitu kuat di masyarakat Ciburial, dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan seperti insentif guru mengaji, kegiatan tarling, dan program keagamaan lainnya. Semoga keagungan masjid Agung Assalam senantiasa membawa keberkahan bagi desa ini.
“Masjid ini sungguh megah dan indah sekali.” Aku bergumam sambil melihat-lihat kemegahan masjid ini.
“Ya, Alhamdulillah. Masjid ini dibangun atas dukungan dari segenap warga desa.” Respon dari seorang pria, yang ternyata beliau adalah pengurus sekaligus penjaga masjid ini.
“Saya juga mendengar bahwa di desa ini ada banyak kegiatan keagamaan yang dilakukan. Apa saja kegiatan-kegiatan itu?” Tanyaku.
“Betul sekali, anak muda. Ada insentif guru mengaji, kegiatan tarling, dan program keagamaan lainnya. Kami berusaha untuk memfasilitasi dan mendorong kegiatan keagamaan di desa ini agar semakin banyak warga yang taat beragama dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
“Terima kasih, Pak. Saya merasa sangat terinspirasi dengan semangat dan semangat kebersamaan yang ada di desa ini.”
“Sama-sama, anak muda. Semoga kehadiranmu di masjid ini dapat membawa keberkahan.”
“Amin.” Aku mengamini doa dari penjaga masjid tersebut. Lalu aku pun berpamitan dan melanjutkan perjalanan.
- Warung Masagi
Aroma lezat memikat indera perasa, mengundangku memasuki warung kecil di pinggir jalan. Perutku yang kosong terusik oleh aroma harum dari berbagai masakan yang tersaji di warung. Aku merasa tergoda oleh beragam makanan lezat yang tersedia di hadapanku. Aku memilih salah satu makanan yang terlihat menarik dan memesan sepiring nasi goreng kampung. “Ini adalah pilihan yang tepat,” kataku dalam hati sambil menunggu hidangan yang sudah dipesan. Tak lama kemudian, hidangan nasi goreng kampung tersaji di depanku. Aku pun mulai menyantap hidangan tersebut dengan lahap. Rasanya yang gurih dan lezat membuatku semakin terlena oleh kelezatan kuliner desa ini.
Sajian makan siang yang diolah dengan sepenuh hati, memberikan kenikmatan yang tak terlupakan. Di desa ini, menikmati keindahan tak hanya di alamnya, tapi juga di atas meja makan. Hidangan yang begitu beragam, mulai dari kuliner lokal hingga makanan modern, membuat perutku merasakan kenikmatan yang melampaui sekadar rasa lapar. Inilah desa kuliner yang tak hanya menawarkan kelezatan di atas meja, tapi juga menggugah selera dan mengingatkan pada keindahan hidup.
“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” tanya sang empunya warung dengan ramah.
“Terima kasih, nasi gorengnya sangat lezat,” kataku dengan antusias.
“Ya, kami selalu berusaha memenuhi kepuasan pelanggan dengan masakan yang segar dan lezat,” ucap sang empunya warung dengan senyuman ramah.
“Saya sangat kagum dengan berbagai pilihan kuliner yang tersedia di desa ini,” kataku lagi.
“Iya, kami memang memiliki banyak variasi masakan khas dan nikmat dari berbagai daerah di Indonesia,” ucap sang empunya warung.
“Sangat menarik, saya pasti akan kembali lagi untuk mencoba kuliner lainnya,” kataku dengan semangat. Perjalanan kuliner di desa ini telah memberikan pengalaman yang sangat berkesan dan memuaskan bagi perut dan jiwa.
- Desa Aman dan Tertib
Di tengah perjalanan panjangku, entah kenapa ada yang menarik hatiku. Seorang pria berwajah riang dengan seragam Linmas lengkap, sedang mengendarai sepeda dengan santai, sambil bersiul melantunkan lagu bernada Sunda. Dan ternyata, si pria itu membawa dua bungkusan tahu segar yang berwarna kuning keemasan di stang sepedanya. Aku pun penasaran dan memutuskan untuk menyapanya.
“Selamat siang, pak. Wah, kelihatan senang sekali ya. Mau ke mana dengan tahu segarnya?” ujarku ramah.
Si mamang Linmas itu pun menghentikan sepedanya dan memberikan sikap hormat layaknya seorang tentara. Aku pun meresponsnya dengan perasaan terharu dan agak sedikit geli juga.
“Aduh, maaf pak. Saya hanya warga biasa, tidak ada perlunya memberikan sikap seperti itu,” ujarku.
Si mamang pun menjelaskan bahwa tugasnya hari ini adalah membeli dan mengantarkan tahu segar ke rumah ibu negaranya. Aku pun tertarik dan mengajaknya berjalan bersama sambil membawa bungkusan tahu yang dibelinya. Kami pun berbincang-bincang tentang tugasnya sebagai Linmas dan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan, bahkah si mamang menjelaskan berbagai prasarana keamanan lingkungan yang ada di desa ini.
Tiba-tiba, suasana berubah menjadi kacau karena ada orang yang sedang sakit dan harus segera dibawa ke balai pengobatan terdekat. Si mamang Linmas dengan sigap membantu orang yang kesulitan tersebut. Namun, saat itulah aku menyadari bahwa bungkusan tahu yang dibawa oleh si mamang tertinggal di tanganku. Meskipun terpisah, kisahku bersama si mamang Linmas akan selalu kuingat dengan penuh kehangatan dan kepedulian.
- Desa Sehat Sejahtera
Aku merasa senang dan lega karena akhirnya berhasil menemukan si mamang linmas dan mengembalikan dua bungkusan tahu yang sebelumnya kulewatkan. Tak ada yang lebih indah daripada membantu sesama dalam situasi yang mendesak. Aku pun tersenyum dan memberikan senyum kecil kepada si mamang. “Tidak apa-apa, Mang. Ini tugasmu, aku hanya membantu sebatas yang bisa aku lakukan,” jawabku dengan tulus.
Tiba-tiba, suara perempuan dari dalam ruangan memecah keheningan. Kata-kata yang diucapkannya menguatkan perasaanku. Ternyata, tak hanya aku saja yang merasa bahwa bantuan dan kebaikan akan selalu kembali kepada kita suatu saat nanti. “Tuh kan, kata saya juga apa mang, tahu pasti kembali,” ucap perempuan itu dengan nada merdu.
Kata-katanya menggetarkan hatiku dan memberikan keyakinan bahwa kebaikan selalu berbuah manis. Aku pun merasa tersentuh oleh kebaikan si mamang Linmas dan kehangatan yang ada di balai pengobatan tersebut. Suatu momen yang membuatku merasa bahwa dunia ini masih dipenuhi dengan kebaikan dan kasih sayang.
Setelah si mamang Linmas pamit. Aku dan bu dokter terus berbincang ringan tentang kesehatan di Desa Ciburial. Aku sangat terharu mendengar kisah perjuangan bu dokter dan rekan-rekan sejawat pelayan kesehatan yang ada di Desa Ciburial yang berjuang keras melayani kesehatan dan kesejahteraan di desa ini. Dia berbicara tentang kesulitan yang dialaminya dalam memperoleh sumber daya dan dukungan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di desa. Meskipun begitu, bu dokter tetap tegar dan penuh semangat dalam bekerja untuk melayani masyarakat.
“Saya yakin, jika semua pihak mau bekerja sama, kita bisa membuat Desa ini lebih maju lagi,” ujarnya dengan semangat.
Aku merasa terinspirasi oleh semangat dan kegigihan bu dokter dan petugas pelayan kesehatan di Desa Ciburial. Dia dan rekan-rekan sejawatnya adalah sosok yang mengajarkan aku tentang arti perjuangan dan keikhlasan dalam melayani masyarakat. Kami saling berbagi cerita tentang pengalaman hidup kami masing-masing. Dan di balik cerita itu, ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik.
Sampai akhirnya tibalah waktu untuk aku harus kembali melanjutkan perjalanan. Aku pun harus berpisah dengan bu dokter yang sangat ramah dan luar biasa. Namun, kisah tentang bu dokter dan perjuangannya untuk kesehatan masyarakat di desa ini akan selalu terngiang dalam hatiku. Dan aku berharap, semoga desa Ciburial bisa terus berkembang dan masyarakatnya selalu sehat dan sejahtera.
- Masagi Bersih
Masih dalam perjalanan, aku bertemu dengan seorang pria dengan seragam bertuliskan, “Masagi Bersih” yang sedang sibuk membersihkan ilalang di sekitar jalan desa. Hatiku tergerak, karena sepanjang jalan itu bersih dan rapi. Aku ingin tahu lebih banyak tentang pria itu, apa motivasinya, apa yang membuatnya bekerja dengan giat sehingga jalan desa ini tetap terawat dengan baik.
Tanpa ragu-ragu, aku menghampiri pria itu. Aku memperkenalkan diri dan menawarkan diri untuk duduk dan berbincang santai sejenak. Pria itu tersenyum ramah dan menerima ajakanku dengan senang hati.
“Saya penasaran, mengapa Bapak bisa merawat jalan ini dengan begitu baik?” tanyaku.
Pria itu menjawab dengan rendah hati, “Saya melaksanakan tugas pak, tugas dari desa untuk menjaga kebersihan jalan ini. Selain itu, sebagai warga desa, saya ingin ikut berpartisipasi dan berperan juga dalam menjaga lingkungan yang bersih dan nyaman bagi kita semua. Jadi saya berusaha untuk membersihkan jalan ini setiap hari.”
Aku merasa tersentuh dengan kepedulian dan semangat pria itu. Kami melanjutkan obrolan santai tentang bagaimana menjaga lingkungan dan cara membuat desa ini menjadi lebih bersih dan indah. Dan pada akhirnya, aku pun melanjutkan perjalananku ke Balai Desa Ciburial dengan hati yang bersemangat.
- Air Bersih Desa
Tiba di kantor Desa Ciburial. Wah, ternyata kantor Desa Ciburial tidak sesuai ekspektasiku. Dalam bayanganku, kantornya berupa bangunan kecil yang sederhana. Ternyata bangunannya cukup besar juga. Di komplek balai desa ada beberapa bangunan. Kantor Desa berada di tengah. Di samping kiri aku lihat bangunan besar bertuliskan “Gedung Serbaguna Desa Ciburial”. Bangunan di sebelah kanan, sepertinya bangunan bersama sekretariat lembaga-lembaga yang ada di desa ini. Aku melihat di atas pintu tiap-tiap ruangan tampak tertulis papan nama Sekretariat BPD, Sekretariat Puskesos, Sekretariat LPMD, Sekretariat PKK, bahkan ada Perpustakaan Desa.
Konsentrasiku saat itu mencari kantor Bumdes. Aku bermaksud mendaftarkan diri juga sebagai pelanggan air bersih. Sesuai informasi yang aku dapatkan bahwa Kantor Bumdes berada di sebelah kanan Gedung Serbaguna. Aku pun bergegas mengarah ke bangunan tersebut. Sebuah pintu masuk ada di sana. Aku pun masuk ke ruangan tersebut. Ruangannya tampak sederhana. Berjejer beberapa meja kerja.
“Assalamualaikum, permisi pak,” sapaku ketika aku masuk ke ruangan kerja Bumdes.
“Waalaikumsalam, mangga, silakan duduk pak,” kata seorang petugas di kantor Bumdes.
“Iya pak, terima kasih, ‘ jawabku, sambil duduk di sebuah kursi yang menghadap ke meja si petugas.
“Bagaimana pak, ada yang bisa saya bantu?” Tanya petugas dengan ramah kepadaku.
“Iya pak, saya itu membutuhkan suplai air bersih untuk di rumah yang saya tinggali. Saya bermaksud mendaftarkan diri menjadi pelanggan air bersih pak. Untuk kebutuhan tersebut,” jawabku sambil menyodorkan berkas pendaftaran yang sudah aku isi datanya.
“Oh gitu, pak, baik,” jawab petugas, sambil menerima berkas dariku, lalu membuka dan membaca data di dalam berkas yang aku serahkan. Kepalanya manggut-manggut, sambil menggeser mouse komputer lalu mengetikkan data ke dalam komputer.
Setelah selesai memasukan data, petugas tersebut lalu, mencetak sebuah dokumen, dan menyerahkannya kepadaku, sambil berkata, “Baik pak, data bapak sudah kami masukan ke dalam calon data pelanggan, di dalam berkas ini tercantum bukti pendaftarannya, berikut informasi jadwal instalasi water meter untuk di rumah bapak ya, di upayakan pada jadwal tersebut ada orang di rumah, sehingga petugas pemasangan mudah berkoordinasi nantinya.”
“Baik pak, terima kasih ya,” jawabku sambil menerima berkas dan melihat sekilas berkas terbut, sambil manggut-manggut paham.
“Proses pendaftarannya sudah selesai, ada lagi yang bisa kami bantu pak?, tanya petugas, menginformasikan bahwa proses pendaftaran sudah selesai.
“Oh iya, pak untuk saat ini cukup pak, terima kasih ya pak, saya langsung pamit nih, mau langsung ke kantor desa, mau mengurus administrasi domisili.” jawabku.
“Iya pak, mangga silakan, terima kasih.”
Aku pun meninggalkan ruang kerja bumdes dan bergegas menuju ruang pelayanan Kantor Desa di gedung sebelah.
- Pelayanan Kantor Desa
Aku tiba di ruang pelayanan umum kantor desa, disambut sapaan hangat petugas pelayanan. Aku lalu menyampaikan maksud dan tujuanku, yakni mengurus administrasi domisili sebagai warga baru di desa ini. Dalam semangat menjalani prosesnya, kuberi berkas-berkas persyaratan yang telah ku siapkan dengan matang. Petugas pelayanan dengan ramah menjelaskan prosedur dan tahapannya padaku. Tak lama kemudian, dari sebuah ruangan muncul seorang pria dengan emblem khusus di dada kanannya. Terlihat berwibawa, dia menghampiriku dengan senyum ramah.
“Oh, ini teh kang Enda itu ya, yang diceritain pak RT kemarin. Wilujeng sumping di Desa Ciburial ya, semoga betah dan tempat tinggal barunya menjadi berkah, dan nggak usah pindah-pindah lagi,” sapa pria itu penuh doa.
Mendengar kalimat-kalimat indah itu, perasaanku terharu dan semangatku untuk memulai hidup baru di desa ini semakin bertambah. Aku berterima kasih atas doa dan sambutan hangat yang diberikan. Obrolan pun terjalin, dan aku merasa sangat senang dapat bergaul dengan warga di desa yang baru kudiami ini.
“Sambil menunggu suratnya selesai dibikin, ayo kita berbincang dulu di ruangan yuk,” ajak pak Kades kepadaku untuk berpindah ke ruangannya, agar perbincangan lebih leluasa karena di ruang pelayanan takutnya mengganggu petugas pelayanan atau masyarakat lainnya yang sedang memproses pelayanan.
15. Bertemu Pak Kades
Di ruangan pak Kades aku berbincang-bincang santai dengan Pak Kades tentang Desa Ciburial. Aku pun yang masih penasaran, ingin mengetahui lebih dalam tentang desa yang akan menjadi tempat tinggalku ini. Pak Kades pun dengan ramah menyampaikan berbagai informasi mengenai Desa Ciburial.
“Di desa kami terdapat beberapa lembaga, seperti BPD, LPMD, BUMDes, PKK, Puskesos, Karang Taruna, KIM, dan lain-lain,” kata Pak Kades.
“Kalau program unggulan Desa Ciburial apa saja, Pak?” tanyaku.
“Kami memiliki program Masagi Bersih, Masagi Sarjana, dan masih banyak lagi,” jawab Pak Kades.
Aku juga penasaran mengenai penghargaan yang sudah diraih oleh Desa Ciburial. Saat melihat piagam penghargaan di dinding, aku memutuskan untuk bertanya kepada Pak Kades.
“Pak Kades, penghargaan apa saja yang sudah diraih oleh Desa Ciburial?” tanyaku.
Pak Kades pun menjelaskan dengan detail mengenai penghargaan yang sudah diraih Desa Ciburial selama beberapa tahun terakhir. Tak hanya itu, ia juga memberikan informasi mengenai pertumbuhan keuangan desa selama lima tahun terakhir yang dapat dilihat dari Baliho APBDes yang terpampang di depan kantor desa.
Dari perbincangan ini, aku merasa lebih mengenal Desa Ciburial dan merasa senang bisa tinggal di sini. Di tengah perbincangan santai ini, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, ternyata itu pak Deden, petugas yang memproses berkas administrasi domisili.
“Pak Enda ini surat keterangan yang bapak minta, silakan dicek dulu datanya, jika sudah sesuai, selanjutnya tinggal di tanda tangan oleh pak Kades,” kata pak Deden sambil menyerahkan selembar kertas kepadaku.
Aku pun menerima kertas tersebut, lalu membaca datanya dengan teliti. “Iya pak ini sudah sesuai datanya,” jawabku sambil menyerahkan kembali berkas tersebut ke pak Deden.
Pak Deden pun menyerahkan berkas tersebut ke meja pak Kades, untuk ditandatangani. Setelah ditandatangani, diserahkan kembali ke pak Deden. Lalu pak Deden menyerahkan berkas tersebut kepadaku, sambil berkata “Ini pak surat keterangannya sudah sah dan bisa digunakan oleh bapak.”
Aku pun menerima surat tersebut, sambil mengucapkan terima kasih, “Iya pak, terima kasih ya pak.”
Karena di luar ruangan sudah ada tamu yang hendak menemui pak kades, aku pun berpamitan kepada pak kades. Dan berjanji ke pak kades, akan berkunjung kembali ke Bale Desa Ciburial di lain waktu. Tuntas sudah perjalananku hari ini.
***
Ciburial, 07 Mei 2023
Komentar Terbaru