Apakah Musik Metal Masih Relevan di Era TikTok?

Di tengah gempuran musik pop dan dance yang mendominasi platform-platform media sosial seperti TikTok, muncul satu pertanyaan penting dari kalangan penggemar musik alternatif: apakah musik metal masih memiliki tempat di hati pendengar masa kini? Dengan ritme yang cepat, lirik yang mudah diingat, serta melodi catchy, lagu-lagu pop memang sering menjadi pilihan utama untuk video pendek yang viral. Namun, di balik kilauan popularitas genre-genre mainstream tersebut, musik metal tetap tegak berdiri, menjaga identitasnya, dan bahkan menemukan cara-cara baru untuk berkembang di era digital ini. Artikel ini akan mengulas bagaimana genre yang dikenal dengan intensitas dan ekspresinya yang ekstrem ini tetap relevan di zaman TikTok.
Metal: Dari Bawah Tanah ke Layar Smartphone
Musik metal, sejak awal kemunculannya pada akhir 1960-an hingga awal 1970-an, memang tidak pernah benar-benar menjadi genre yang “ramah pasar”. Band-band seperti Black Sabbath, Iron Maiden, hingga Slayer memulai kiprah mereka dari panggung kecil, menarik massa dari komunitas bawah tanah yang haus akan suara yang lebih keras dan jujur. Meskipun sempat meraih puncak popularitas di era 80-an dan awal 90-an, metal kemudian perlahan-lahan tersingkir dari sorotan arus utama seiring meningkatnya dominasi pop, R&B, hip-hop, dan elektronik.
Namun, bukan berarti genre ini mati. Justru, musik metal berkembang menjadi ekosistem tersendiri yang kuat dan sangat berdedikasi. Para penggemar metal bukanlah pendengar musiman yang hanya mengikuti tren. Mereka adalah komunitas yang loyal, mendalami sejarah dan subgenre metal, dari death metal, black metal, hingga metalcore dan nu-metal. Mereka tidak hanya mendengarkan, tetapi juga hidup bersama musik ini. Dan kini, komunitas ini ikut hadir dan aktif di dunia digital, termasuk di TikTok.
TikTok dan Transformasi Budaya Musik
TikTok dikenal sebagai platform yang cepat dan dinamis. Lagu-lagu yang viral seringkali berdurasi singkat, mudah dinyanyikan, dan mudah diingat. Musik-musik yang penuh dengan scream, blast beat, dan distorsi gitar, seperti yang ditemukan dalam metal, secara sekilas mungkin tampak tidak cocok. Tapi justru di sinilah menariknya.
Alih-alih sekadar mengikuti arus, musik metal hadir di TikTok dengan caranya sendiri. Banyak band metal dan musisi independen yang memanfaatkan fitur TikTok untuk menunjukkan teknik bermain gitar atau drum yang ekstrem, membagikan cuplikan lagu baru, bahkan menciptakan sketsa humor gelap yang tetap selaras dengan citra mereka. Pengguna TikTok pun mulai menggunakan potongan lagu-lagu metal sebagai latar untuk video yang dramatis, parodi, atau bahkan sekadar untuk membuat kejutan bagi penonton.
Lihat saja bagaimana lagu-lagu Slipknot, System of a Down, hingga Bring Me The Horizon kadang muncul di konten-konten dengan vibe intens atau penuh ledakan emosi. Bahkan, dalam beberapa tantangan atau tren, potongan breakdown atau scream digunakan untuk menekankan perubahan suasana, dari lucu menjadi mengerikan, dari tenang menjadi meledak-ledak. Ini membuktikan bahwa meskipun tidak konvensional, metal mampu menyusup ke dalam budaya digital populer.
Band Metal dan Kehadiran Digital
Salah satu kekuatan utama musik metal di era TikTok terletak pada keterlibatan langsung para musisi dengan penggemar mereka. Banyak musisi metal yang kini lebih terbuka dalam menggunakan media sosial, tidak hanya untuk promosi, tetapi juga untuk membangun hubungan dengan komunitas. Mereka berbagi proses kreatif, teknik vokal scream atau growl, unjuk kemampuan memainkan riff-riff teknikal, dan juga menanggapi komentar serta permintaan dari penggemar.
Beberapa musisi metal bahkan berhasil meraih popularitas di TikTok bukan karena band mereka saja, tetapi karena kepribadian mereka yang menarik, lucu, atau justru sangat “metal” dalam artian yang sebenarnya. Ini membuka pintu bagi audiens yang sebelumnya tidak akrab dengan metal untuk mengenal lebih jauh dan sering kali tertarik untuk mengeksplorasi musiknya.
Dari Meme hingga Terapi Emosional
Menariknya, musik metal tidak hanya hadir sebagai bentuk hiburan, tetapi juga ekspresi emosi yang dalam. Di saat banyak orang mulai lebih terbuka membicarakan isu kesehatan mental, metal justru menjadi salah satu pelarian yang jujur dan otentik. Lirik-liriknya yang menggali tema perjuangan, penderitaan, trauma, kemarahan, bahkan harapan dan pembebasan, memberi ruang bagi para pendengar untuk merasa dimengerti dan divalidasi.
Hal ini sangat relevan di era TikTok, di mana banyak konten kreator menggunakan video pendek untuk membagikan pengalaman pribadi mereka tentang kecemasan, depresi, kehilangan, atau kebangkitan diri. Musik metal yang intens dan sering kali brutal secara mengejutkan cocok untuk menggambarkan perjalanan emosional yang tidak sederhana. Dan tak jarang, video dengan lagu-lagu metal ini menjadi viral karena menyentuh banyak orang yang merasakan hal serupa.
Komunitas yang Kuat dan Terorganisir
Hal lain yang membuat metal tetap bertahan adalah komunitasnya. Metalhead dikenal sebagai komunitas yang suportif, antusias, dan sangat aktif, baik secara daring maupun luring. Di TikTok, banyak akun khusus yang fokus membagikan konten-konten seputar metal, mulai dari sejarah subgenre, rekomendasi band, reaction terhadap lagu-lagu metal klasik, hingga edukasi tentang simbol-simbol dan filosofi di balik musik ini.
Bahkan, muncul juga tren “metalhead muda” di TikTok, yaitu anak-anak Gen Z yang baru mengenal atau mulai menyukai metal. Mereka berbagi momen saat menemukan band baru, pengalaman pertama nonton konser metal, atau perubahan gaya hidup mereka sejak mengenal musik ini. Ini memperlihatkan bahwa metal tidak hanya bertahan pada generasi lama, tetapi berhasil menembus batas generasi dengan nilai-nilai seperti kejujuran emosional, kebebasan ekspresi, dan solidaritas.
Evolusi Gaya, Bukan Pengkhianatan
Ada anggapan bahwa agar relevan di era modern, musik metal harus “menjual diri” atau berubah menjadi lebih pop. Namun, hal itu tidak sepenuhnya benar. Banyak band justru berhasil bereksperimen dengan gaya tanpa kehilangan identitas metal mereka. Contohnya, band-band seperti Spiritbox, Jinjer, atau bahkan Babymetal berhasil menciptakan perpaduan unik antara metal dan elemen lain seperti elektronik, J-pop, hingga progressive rock. Keberanian ini justru membuka jalan agar metal tetap segar dan tidak stagnan.
TikTok pun menjadi wadah ideal untuk memperkenalkan gaya-gaya baru ini. Cuplikan lagu dengan chorus melodius dan breakdown brutal, jika disusun dengan pas, dapat menarik perhatian pengguna yang tidak terbiasa dengan metal. Dari sinilah eksplorasi dimulai, dan banyak yang kemudian menjadi penggemar sejati
Penutup
Jadi, apakah musik metal masih relevan di era TikTok? Jawabannya adalah ya! Meskipun mungkin tidak selalu menjadi sorotan utama, musik metal terus menemukan cara untuk beradaptasi dan menarik perhatian generasi baru. Dengan kekuatan emosionalnya, komunitas yang solid, dan kemampuan untuk berinovasi di platform digital, metal tetap menjadi genre yang hidup dan bersemangat. Jadi, bagi para penggemar metal di luar sana, jangan khawatir musik ini masih memiliki tempat di dunia yang terus berubah ini.


2 Respon
[…] mengisahkan perjalanan sekelompok remaja yang berjuang untuk menemukan jati diri mereka melalui musik. Berbeda dengan banyak band fiksi lainnya yang sering kali menampilkan kisah-kisah ceria dan penuh […]
[…] aula sunyi Kyoto, terdengar lantunan puisi klasik Jepang: “Chihayafuru…” Seketika itu juga, tangan-tangan bergerak cepat […]