Audiovisual sebagai Media Komunikasi Massa (bagian 2)
B. Era Konvergensi
Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini telah membuat perdebatan mengenai keunggulan dan kekurangan video dan film menjadi tidak relevan lagi. Teknologi telah membuat perkembangan film dan video semakin mendekat dan terintegrasi.
High-definition video (HDV) misalnya, mampu merekam gambar dengan kualitas yang hampir sama dengan film, sebaliknya filmpun mengakomodasi berbagai modus perekaman gambar secara elektronik. Proses korvergensi ini telah melahirkan medium visual- hybrid antara format film dan video.
Iklan televisi misalnya, biasanya direkam dalam format film untuk kemudian ditransfer ke videotape, dan proses produksi selanjutnya sepenuhnya merupakan proses video. Atau, dilakukan proses produksi video, kemudian dilakukan editing, dan setelah selesai disambung dan disinkronkan dengan film.
Sementara pada sejumlah film bioskop mutakhir, special effects dibuat secara elektronik sebelum ditransfer ke film. Pembuatan special effects pada film bioskop dengan menggunakan komputer mencakup proses digitalisasi film, yaitu memindai film frame per frame dan mengkonversinya ke dalam pola pixels. Karena komputer besar mampu mengkonversi sebuah frame film ke dalam suatu matriks yang terbentuk dari sekitar 4000 x 3000 pixels, maka gambar digital tersebut memiliki ketajaman yang setara dengan film (Stinson, 2002: 11).
Pengolahan secara digital pada proses pasca produksi juga semakin dirasakan penting, khususnya untuk tata suara pada film dan video. Perangkat lunak untuk pengolahan suara melalui komputer mampu menyediakan jumlah kanal suara yang sangat banyak, sehingga penggunaan multilayer sound tracks telah menjadi sesuatu yang lazim dalam produksi video.
Jadi, meskipun film dan video menggunakan teknik produksi yang berbeda, keduanya “berbicara dalam bahasa audiovisual yang sama”. Jika kita mampu dengan baik menguasai bahasa ini maka kita akan mampu berkomunikasi dengan menggunakan medium film, video, maupun kombinasi dari keduanya.
Konvergensi dan akselerasi perkembangan teknologi media audiovisual telah membawa sejumlah dampak yang signifikan dalam kehidupan kita. Pertama, telah terjadi perluasan ragam produksi program video. Mulai dari iklan yang hanya beberapa detik hingga stripping sinetron yang mencapai ratusan episode. Memanfaatkan modus distribusi televisi siaran, televisi kabel, televisi satelit, maupun internet. Direkam pada videotape dan cakram padat untuk ditonton di kantor, rumah, maupun sekolah. Diproduksi untuk tujuan serius seperti komersial, pendidikan, dan hiburan, namun juga untuk keperluan pribadi seperti dokumentasi peristiwa pernikahan, ulang tahun, perjalanan, dan sebagainya. Kedua, keluasan ragam produksi video ini akhirnya membawa konsekuensi pada meluasnya penggunaan video ke berbagai bidang dalam kehidupan kita, seperti misalnya, kedokteran, pendidikan, industri, penegakan hukum, dan sebagainya, persis seperti penggunaan komputer dewasa ini.
Selanjutnya, konvergensi ini juga berdampak pada munculnya berbagai peluang karir di bidang video. Bidang karir yang tersedia merentang dari pekerjaan seni hingga teknik, dari pekerjaan manajerial hingga keuangan dan pemasaran.
Meskipun demikian, untuk dapat bekerja secara efektif, semua bidang pekerjaan dalam proses produksi video, orang perlu memahami konsep-konsep dasar tentang video secara komprehensif, yang pada intinya adalah bagaimana medium video dapat mengkomunikasikan pesan yang hendak disampaikannya. Prinsip ini sesungguhnya tidak hanya berlaku bagi kalangan profesional yang bergerak dalam bidang produksi video. Produksi video dapat menjadi kegiatan personal yang berbasis hobi seperti misalnya pada fotografi atau seni lukis, dan mereka yang masuk pada kategori amatir inipun perlu mengembangkan keterampilan seperti halnya para profesional.
Proses konvergensi media audiovisual kontemporer juga ditentukan oleh moda distribusinya untuk menjangkau khalayak. Metoda produksi dan distribusi dewasa ini harus dipertimbangkan secara simultan atau kita tidak akan mampu menyadari keunggulan dan manfaat dari suatu produk media audiovisual.
Digitalisasi berbagai produk media telah mampu menjangkau khalayak melalui berbagai jalur distribusi yang hampir tak terbatas jumlahnya. Sistem komunikasi massa konvensional seperti radio-televisi- film, TV-kabel, dan teknologi satelit (siaran teresterial) tergabung melalui sinyal digital dan didistribusikan melalui sejumlah besar sistem baru yang berbasis internet dan web.
Modus ini sekarang juga telah terintegrasi dengan perangkat dan sistem bergerak (mobile systems) dari podcasts, telepon seluler, dan berbagai ragam komputer jinjing. Media audio, grafis, dan audiovisual kini bahkan telah mulai bertransformasi kembali dengan kehadiran sinyal digital nirkabel (wireless) diberbagai tempat melalui WiFi, WiMax, atau sistem distribusi nirkabel lainnya. Kondisi terakhir ini telah mendorong perubahan lagi dalam sistem produksi media, konsep-konsep dan teori yang digunakan, teknologi dan sistem distribusi, serta sistem ekonomi dan cara-cara mendapatkan penghasilan dan keuntungan.
Beberapa contoh aktual yang dapat disebutkan disini antara lain adalah penjualan lagu yang dominan tidak lagi melalui pita kaset atau cakram digital, tetapi melalui nada tunggu/nada dering (ringtone) telepon seluler, atau diunduh melalui situs-situs internet. Sistem distribusi media audio (lagu) melalui penjualan ringtone ini telah merubah cara produksi lagu misalnya.
Lagu harus dibuat untuk dikenali melodinya dalam waktu yang sangat pendek. Popularitas distribusi media audiovisual melalui internet, yaitu YouTube, telah mendorong penggunaan format yang ramping dengan kompromi menurunkan kualitas (setidaknya hingga saat ini, perkembangan teknologi kedepan tentunya akan memungkinkan streaming video dengan kualitas yang sangat baik) agar bisa didistribusikan dan dikonsumsi melalui internet. Kemudahan untuk memproduksi, mengunggah, menayangkan, mengunduh, atau memainkan media audiovisual melalui YouTube, atau situs video lainnya, telah mendorong lebih banyak produksi media audiovisual untuk beragam keperluan manusia. Kita bisa menyimak paket video perkuliahan dari universitas terkemuka di dunia, menikmati video humor, mengikuti paket video instruksional mereparasi komputer, dan banyak lainnya.
Dalam konteks konvergensi berdasarkan moda distribusi media ini ada 4 pertimbangan yang perlu dipikirkan sebelum memutuskan untuk menentukan konsep produksi media. Empat pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut:
- metoda distribusi yang akan dipakai,
- format media yang akan dipakai,
- media elektronik yang akan dipakai, dan
- pilihan terhadap genre media yang paling tepat untuk menyampaikan pesan.
Pada Gambar 1.1 di atas secara skematis menunjukkan bagaimana konvergensi, khususnya yang berkaitan dengan medium dan distribusinya. Format radio yang populer saat ini memiliki dua bentuk distribusi yaitu AM-FM dan HD-Radio. AM-FM merupakan format radio teresterial (yang dipancarkan melalui gelombang udara) yang biasanya berisi program musik, berita, informasi publik, dokumenter, dan drama.
Format seperti ini umumnya diarahkan untuk menjangkau sebanyak mungkin khalayak, meskipun demikian dalam kategori ini dikenal pula program atau saluran-saluran yang tersegmentasi. Dalam kategori radio teresterial ini termasuk juga radio digital definisi tinggi (high-definition/HD) yang biasanya dipancarkan secara bersamaan (simulcast) dengan radio analog. Target utama radio semacam ini adalah pengemudi mobil.
Sementara mobile medium merupakan perangkat yang dapat digunakan mengikuti mobilitas penggunanya. Perangkat yang berbasis digital ini semakin hari semakin kecil ukurannya, semakin pesat perkembangan teknologinya, dan semakin cepat serta mudah dalam memberikan pelayanan telepon, teks, internet, foto, video, audio, dan program streaming lainnya. Sistem perangkat mobile ini juga memanfaatkan sistem nirkabel (WiFi, WiMax, dan lainnya) untuk mentransmisikan atau mempertukarkan beragam konten media.
Satelit digunakan oleh radio dan televisi untuk memasok sinyal yang dikirim oleh stasiun pemancar di bumi ke pelbagai wilayah luas yang ditangkap oleh antena-antena yang dihadapkan ke arah satelit tersebut. Radio satelit biasanya menawarkan program-program dengan kualitas teknis yang lebih baik dan variasi konten yang tidak terdapat radio siaran pada umumnya.
Untuk dapat menangkap siaran radio satelit diperlukan pula perangkat radio penerima yang khusus untuk itu. Televisi satelit memiliki prinsip kerja yang sama dengan radio, namun di Indonesia televisi satelit ini beroperasi serupa dengan televisi kabel di Amerika Serikat, yaitu siaran televisi yang berbayar.
Untuk dapat menikmati siaran televisi satelit ini kita harus berlangganan pada salah satu vendor yang ada di Indonesia (seperti Indovision, Telkomvision, YesTV, dan sebagainya). Dengan berlangganan kita mendapatkan perangkat decoder dan antena parabolik yang di arahkan menghadap satelit pemancar sinyal televisi.
Sistem kabel menggunakan mekanisme jaringan yang serupa dengan (dalam beberapa kasus menjadi satu dengan) jaringan kabel telepon. Perusahaan kabel (termasuk perusahaan telepon rumah) ini menyediakan layanan telepon, video, internet, dan siaran televisi kepada pelanggannya.
Sistem televisi kabel awalnya tidak banyak dipakai di Indonesia, karena kondisi geografis dan mahalnya infrastruktur jaringan kabel, sehingga membuat TV satelit menjadi pilihan yang lebih masuk akal. Hanya sejumlah wilayah terbatas dan hotel-hotel yang mengaplikasikan sistem televisi kabel.Namun kini Telkom sebagai perusahaan yang mendominasi jaringan PSTN (telepon rumah yang menggunakan kabel) telah mengembangkan layanan kabel teleponnya dengan menawarkan konvergensi dari layanan telepon, internet (Speedy), dan siaran televisi (YesTV).
Televisi teresterial merupakan televisi siaran yang dipancarkan melalui jaringan antena dalam jangkauan wilayah yang sangat luas. Semula sistem ini digunakan oleh siaran televisi (dan juga radio) analog untuk menjangkau khalayak seluas-luasnya guna melayani pengiklan yang membayar agar siaran televisi dapat dinikmati oleh pemirsa secara cuma-cuma. Kini, sistem teresterial telah memancarluaskan pula sinyal digital.
Amerika Serikat telah memulainya pada tahun 2009 (Musburger & Kindem, 2009: 8), dan Indonesia mulai memperkenalkannya pada tahun 2011. Saluran digital memungkinkan dilakukannya penyaluran lebih dari satu program televisi secara simultan (dalam satu saluran), sehingga membuka peluang lebih luas untuk ragam siaran televisi. Guna menangkap siaran televisi digital ini kita memerlukan unit perangkat televisi khusus, atau dapat pula menggunakan tambahan perangkat konverter untuk dapat ditangkap pada unit pesawat televisi analog.
Sejajar dengan perkembangan konvergensi distribusi melalui siaran, adalah perkembangan media penyimpanan video, audio, dan data (digital) lainnya. Perubahan sistem dan jenis media penyimpanan ini pada gilirannya telah mempengaruhi distribusi dan penggunaan konten komunikasi massa.
Selain satuan informasi yang berubah dari analog menjadi digital, sistem penyimpanan dan pembacaan juga berubah dari magnetik menjadi optik dan elektronik. Konsekuensinya adalah juga perubahan secara fisik (yang berkaitan dengan ukuran dan beratnya), dan perangkat yang diperlukan untuk mengoperasikannya.
Secara umum medium magnetik dituliskan dengan “disk”, sedangkan medium optik dituliskan dengan “disc” (Musburger & Kindem, 2009: 8). Media magnetik seperti harddisk pada komputer dan variannya terus berkembang kapasitas penyimpanannya dan masih cukup penting sebagai media penyimpanan data. Sedangkan cakram digital sebagai media optik juga terus berkembang kapasitasnya, semakin murah harganya, dan semakin mudah untuk didapatkan. Mulai dari CD, DVD, hingga Blue-ray disc dan holographic versatile disc.
Pada saat bersamaan media penyimpanan elektonik juga terus tumbuh dan berkembang untuk mengatasi kelemahan yang ada pada media magnetik dan optik. Harddisk cocok untuk menyimpan data berkapasitas besar dan mudah diakses untuk mengolah data, tetapi harganya relatif mahal dibanding cakram optik.
Sementara cakram optik mudah digandakan dan portable karena bentuk dan ringannya, namun sulit untuk memodifikasi kontennya (mengolah data di dalam media tersebut). Sistem flash memory yang muncul belakangan telah membawa cara penyimpanan data digital baru yang mampu mengatasi persoalan yang dihadapi oleh disks dan discs.
Sistem penyimpanan elektronik ini secara generik disebut solid-state drives (SSD), atau flash memory atau dengan mengacu pada bentuk mediumnya sehingga disebut flash ‘cards’ atau flash ‘drives’. Alat ini digunakan pada komputer atau media digital lain melalui koneksi USB atau koneksi digital lainnya.
Keragaman bentuknya kini banyak kita pakai dengan istilah populer seperti flash-disks, SD-cards, micro-SD, dan sebagainya, untuk perangkat kamera saku, telepon seluler, games, dan media portable lainnya. Harganya setiap hari menjadi semakin murah, dan semakin mudah didapat karena tersedia dimana-mana, serta kapasitas penyimpanannya menjadi semakin besar.
Solid-state drives dengan kapasitas besar juga sudah mulai menggantikan harddisks sebagai perangkat penyimpanan data utama pada komputer. Kehadiran media ini telah membuat proses produksi media menjadi semakin mudah dan murah, sehingga akan muncul lebih banyak orang (awam) yang dapat terlibat dalam aktivitas komunikasi massa.
Internet (dan teknologi pendukungnya) telah menjadi medium yang universal dan melintasi berbagai batasan sosial dan geografis. Sebagai medium distribusi, saat ini dan di masa mendatang, internet akan menduduki posisi strategis dan penting dalam distribusi berbagai bentuk konten media, baik yang diproduksi secara profesional maupun secara coba-coba oleh para amatir dan awam. Berbagai hal ini akan merubah ekonomi dan sistem distribusi konten media, sehingga pada gilirannya juga akan merubah sistem produksi media.
Perkembangan industri permainan digital (games) menjelaskan kekuatan suatu bentuk media yang datang dari luar arus utama media massa namun terus menguat sebagai suatu bentuk yang terintegrasi dalam komunikasi massa yang memiliki implikasi penting secara finansial dan kultural. Dimulai sebagai permainan sederhana yang dipasangkan pada komputer, games kini menjadi semakin kompleks dengan sistem multilevel dan multiplayer dan hadir serta dapat di akses diberbagai tempat (di Indonesia melalui game center misalnya).
Games kini telah menjadi industri raksasa yang harus diperhitungkan sebagai salah satu sistem distribusi konten media. Apalagi kita juga banyak menemukan bagaimana secara konten, games dan produk media audiovisual seperti film telah terintegrasi (Tomb Rider misalnya).
Motion pictures adalah istilah yang benar terhadap produk audiovisual yang ditayangkan melalui proyektor pada layar di dalam gedung bioskop (dalam perkembangannya juga ditayangkan melalui televisi atau media lainnya). Motion pictures secara umum sering disebut sebagai ‘film’, baik dalam bahasa Inggris maupun Indonesia, atau juga sinema (cinema).
Istilah film sebetulnya merujuk pada medium yang digunakan untuk menyimpan data analog audiovisual, yaitu material lentur yang berbahan baku asetat yang dilapisi oleh emulsi. Namun istilah film sudah menjadi sebutan umum yang bahkan dipakai untuk video dan produk visual digital lainnya (istilah ini yang akan kita pakai selanjutnya untuk merujuk pada motion pictures).
Film merupakan fenomena konvergensi yang khas ketika banyak anggapan bahwa munculnya media baru akan melenyapkan dan menggantikan media lama. Dimulai dari kemunculan radio, lalu televisi, dan terakhir media high-definition yang diperkirakan akan menghancurkan film, ternyata tidak terbukti.
Para pembuat film terus berproduksi dan mengembangkan teknologi pembuatan film. Dalam kasus film ini terlihat fenomena konvergensi yang unik ketika film (dan bioskop) sebagai sistem distribusi tertua dapat bersinergi dengan model distribusi lain yang diakibatkan oleh munculnya media baru (seperti televisi, discs, maupun internet). ***
2 Respon
[…] Selanjutnya Audiovisual sebagai Media Komunikasi Massa (bagian 2). […]
[…] (2006: 40) menyebutkan ada 3 proses yang menentukan bahasa audiovisual baru sebagai akibat dari konvergensi media, yaitu overlapping practices, memudarnya batas-batas konseptual mengenai potensi makna, dan […]