Gemuruh Waktu: Hari Ulang Tahun Kabupaten Bandung 2025

Di bawah langit Priangan yang membentang bagai hamparan sutra biru, Kabupaten Bandung hari ini menari dalam irama waktu yang penuh gairah. Pada 20 April 2025, kabupaten yang elok ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-384, sebuah momen yang tak hanya menandai usia, tetapi juga mengukir tekad baru dalam setiap detak jantung warganya. Hari ini, bumi Bandung bergemuruh, menyuarakan semangat “Dengan Semangat Bandung Lebih Bedas 2025, Kita Wujudkan Pemerataan Kualitas SDM dan Infrastruktur dalam Menunjang Pelayanan Publik yang Optimal.”
Pagi tadi, ketika embun masih bergelayut di ujung dedaunan, denting gamelan menyapa fajar dari Soreang, ibu kota kabupaten. Udara sejuk khas dataran tinggi membawa aroma tanah basah, seolah menjadi pengantar bagi perayaan yang sarat makna. Di usianya yang kini mencapai 384 tahun, Kabupaten Bandung berdiri tegak sebagai mozaik sejarah, budaya, dan perjuangan. Sejak Tumenggung Wirangunangun menancapkan tonggak pertama di Krapyak—kini Dayeuhkolot—pada tahun 1641, kabupaten ini telah menorehkan jejak panjang, dari masa kolonial hingga era modern yang dinamis.
Perayaan hari ulang tahun ke-384 ini bukan sekadar seremoni, melainkan panggilan jiwa untuk mewujudkan visi besar: pemerataan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur demi pelayanan publik yang prima. Di Lapangan Upakarti, Soreang, ribuan warga berkumpul, mengenakan kebaya, pangsi, dan pakaian modern yang berpadu harmonis, mencerminkan semangat kebersamaan. Bupati Bandung, Dadang Supriatna, dalam pidatonya pagi ini, berbicara dengan nada yang menggetarkan, “Di usia 384 tahun, Kabupaten Bandung bukan hanya tentang sejarah, tetapi tentang langkah nyata menuju masa depan. Dengan semangat ‘Bandung Lebih Bedas,’ kita wujudkan SDM unggul, infrastruktur merata, dan pelayanan publik yang memudahkan setiap warga.”
Kemeriahan perayaan mengalir bagai sungai Priangan. Di sudut lapangan, penari Jaipong menari dengan lincah, seolah menyuarakan semangat juang leluhur, sementara aroma sate maranggi, surabi, dan nasi timbel menggoda indera. Anak-anak berlarian dengan layang-layang berbentuk garuda, sementara para sesepuh duduk di bawah tenda, menatap generasi penerus dengan harapan yang menyala. Pentas seni menghidupkan suasana, dari kolplayan yang mengundang tawa hingga suara sinden yang merangkul kalbu.
Namun, di balik sorak sorai, ada refleksi mendalam yang menggema. Semangat “Bandung Lebih Bedas” bukan sekadar slogan, melainkan komitmen untuk mengatasi tantangan nyata: banjir yang masih mengintai Dayeuhkolot, jalan desa yang belum mulus, dan petani kopi yang berjuang agar hasil buminya bersinar di kancah global. Hari ulang tahun ini menjadi cermin untuk menatap kekurangan, menjahitnya dengan benang kerja keras, dan mewujudkan pemerataan—dari pendidikan yang berkualitas hingga infrastruktur yang menjangkau pelosok.
Saat senja menjelang, langit Kabupaten Bandung berubah menjadi kanvas raksasa, dicat dengan warna jingga dan ungu yang memeluk cakrawala. Kembang api meledak di angkasa, memecah keheningan malam, dan dalam setiap pijar cahaya itu, ada doa yang tersemat: semoga Kabupaten Bandung, di usia 384 tahun, terus melaju, membawa SDM yang berdaya, infrastruktur yang kokoh, dan pelayanan publik yang menjadi kebanggaan.
Malam kian larut, lampu-lampu desa menyala bagai bintang-bintang kecil yang menjaga Kabupaten Bandung tetap terang. Hari ulang tahun ke-384 ini telah usai, tetapi semangat “Bandung Lebih Bedas” akan terus bergema, ditulis oleh tangan-tangan yang mencintai bumi ini, dari generasi ke generasi, menuju masa depan yang lebih gemilang. ***
Komentar Terbaru